Monday, August 8, 2016

Sepintar Apapun Manusia Dia Tetap Butuh Manusia Lainnya




Sejak kecil kita dididik untuk belajar, dimulai dari rumah, sekolah kemudian lingkungan masyarakat dan itu terus berlanjut hingga kita dewasa atau menyelesaikan pendidikan tinggi. Tujuannya cuma satu, yaitu agar kita menjadi pintar dan mandiri, yakni paham persoalan dan tidak terus menerus bertanya/bergantung kepada orang lain.

Kepintaran ini memang sangat membantu kita dalam memudahkan segala urusan hidup kita, sebab kita adalah mahluk yang berpikir dan berevolusi, pikiran kita terus berevolusi dari waktu ke waktu. Kebutuhan saat ini tidak akan sama dengan kebutuhan kita di masa depan, begitupula kebutuhan masa lalu dengan masa sekarang ini. Oleh karenanya ketika pikiran berevolusi maka ia harus dibarengi dengan teknologi yang canggih agar semua kebutuhan manusia di setiap zaman dan tempat selalu terpenuhi.




Karena kalau tidak, manusia tidak akan pernah maju-maju, kenyataan akan terus terkubur dalam liang hayalan. Ketika manusia (dahulu) berpikir bahwa mereka bisa terbang, namun tidak ada teknologi pendukungnya maka pikiran tersebut hanya akan menjadi imajinasi dan bahan tertawaan belaka, namun dengan teknologi imajinasi tadi menjadi kenyataan seperti sekarang ini.

Lantas dari mana datangnya teknologi tersebut? Tentu saja jawabnya dari kepintaran. Kita ambil contoh mudahnya, seandainya tidak ada yang belajar teknologi dengan sungguh-sungguh maka penemuan-penemuan para ilmuwan terdahulu pasti akan mandek, kita tidak mungkin akan memasuki era digital seperti sekarang ini kalau tidak ada yang pintar mengembangkan telepon hingga menjadi smartphone seperti sekarang ini, begitupula dengan teknologi-teknologi di berbagai bidang lainnya. Oleh karenanya kepintaran memang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk terus memudahkan urusan hidup mereka ke depan. 

Kepintaran ini secara alamiah membuat manusia selalu dibutuhkan oleh banyak manusia lainnya dan dari sinilah ia mulai merasa bahwa ia memiliki kelebihan dan berada di atas yang lainnya. 

Namun perlu kiranya disadari bahwa kelebihan ini merupakan ujian (soal) bagi manusia, ada yang menjawab/menyikapinya dengan kesombongan dan adapula yang menjawabnya dengan kerendah hatian. 

Bagi yang menyombongkan dirinya, ia merasa kepintaran itu datang dengan sendirinya, karena itu adalah hasil dari usaha belajar dan jerih payahnya, ketika ia sudah melebihi yang lain ia menjadi lupa dengan yang lain bahkan ia tidak merasa butuh kepada manusia lainnya, justru manusia yang lainlah yang selalu butuh pada kepada kepintarannya. Akibatnya ia merasa seakan tuhan, dimana manusia-manusia lainnya hanyalah budak-budaknya saja yang selalu menuruti perintahnya. Ia hanya peduli dengan dirinya saja dan tidak pernah peduli dengan yang lain. Ketika ia lapar ia hanya peduli dengan perutnya yang lapar, ia tidak pernah peduli dengan perut orang lain yang kelaparan setiap waktu. 

Namun berbeda dengan mereka yang selalu rendah hati, kepintaran bagi mereka adalah sarana untuk menolong manusia lainnya sehingga manusia terus berkembang sesuai tempat dan zamannya, kepintaran di mata mereka adalah anugerah dari Tuhan untuk menolong sesama, dan mereka hampir tidak pernah menyalahgunakan kepintaran mereka untuk tujuan yang merugikan manusia.  

Namun sepintar apapun manusia, sesungguhnya ia tidak bisa hidup sendiri, ia selalu membutuhkan orang lain, sebab kepintaran itu sendiri hadir bersama manusia lainnya. Tidak ada manusia yang pintar dengan sendirinya, manusia hanya bisa pintar karena ia belajar dari manusia lainnya. Bahkan kepintaran itu sendiri adalah pengimbang dari kebodohan, tidak ada orang pintar kalau tidak ada orang bodoh. Dan hukum alam tidak bisa berjalan tanpa adanya keseimbangan.  

Selama ini kita hanya tahu bahwa orang bodoh butuh orang pintar, namun apakah kita pernah berpikir bahwa orang pintar pun butuh orang bodoh. Apakah ini adalah lelucon? 

Tentu saja tidak, sebab seandainya manusia yang pintar tidak memiliki orang-orang yang bodoh di sekitarnya maka tidak ada yang mau lagi mendengarkan ucapannya apalagi mengikuti perintahnya, sebab semua manusia sudah pintar seperti dirinya.  

Maka mau tidak mau mereka semua akan berlomba-lomba menjadi orang bodoh kembali, agar mereka senantiasa dibutuhkan oleh manusia lainnya. Maka sepintar apapun manusia dia tetap butuh manusia lainnya.
Jadi pilih mana, mau jadi orang bodoh yang pintar atau orang pintar yang bodoh?




No comments:

Post a Comment